Mentari telah muncul dari peraduannya, sinarnya pun membangun kan ku dari tidurku semalam. Ku lihat jam yang tak jauh dari jangkauan ku yang yang tlah menunjukkan pukul 06.15 tak ambil pusing akhirnya aku pun segera bangkit dan bergegas dari tempat tidurku. Dengan cepat ku selesaikan semua, setelah semuanya tlah siap dan sekarang aku pun berangkat, ya.. walaupun terburu-buru akupun menyempatkan diri untuk Breakfast terlebih dahulu. Ya memang hari ini adalah hari-hari yang menegangkan bagiku bagaimana tidak hari ini adala hari pertamaku untuk bersekolah di bangku SMU di kota yang baru bagiku. Ya.. memang aku dan keluargaku baru saja pindah dari Bandung menuju ke Jakarta walaupun ini bukan yang pertama kali bagiku tapi, tetap saja aku takkan mampu melupakan kisah-kisah ku bersama orang – orang terdekat ku disana.
Tapi, bagaimana pun inilah yang harus aku jalani saat ini. Papaku di alih tugaskan ke Jakarta. Mau tak mau kami sekeluarga harus ikut pindah juga ke Jakarta. Walaupun, rasanya aku tak mau meninggalkan semua yang telah aku jalani saat aku tinggal di Bandung,jawa Barat.
Jam telah menunjukkan pukul 06.21 dengan cepat aku menuju mobil yang sudah disiapkan oleh supir pribadiku. Dengan sedikit buru-buru aku pun berangkat ke sekolahku yang baru. Dengan hati yang tak karuan memikirkan
Apa saja yang harus aku lewati disekolah baruku, senang atau sedih. Tapi, bagaimana pun ini bukan yang pertama kalinya untukku akhirnya dengan perlahan ku kuatkan hati dan pikirankku untuk meyakini bahwa ini adalah awal yang baik bagiku. Tak kalah baiknya di saat aku bersekolah di Bandung.
Tak terasa jalan demi jalanan tlah ku lewati, sampailah aku di depan sekolah yang di lihat kemegahannya walupun dari luar saja. Di pojok pagar terlihat 2 satpam saling berbincang. Di lihat dari tumpangannya rata – rata murid di sekolah itu terlihat jika mereka semua adalah keluarga yang berada
Benar – benar sekolah yang menabjubkan, hal itu terlihat ketika aku berada di lapangan yang sangat luas, gedung yang megah dan bertingkat rasanya aku menjadi sedikit minder bersekekolah di sekolah yang benar – benar menjadi idaman semua orang itu. Langkah – demi langkah pun ku jelajahi untuk mencari dimana letak kelas baruku itu, dan akhirnya setelah lama berkeliling akhirnya, sampailah akau di depan kelas baruku. “XI – C” ya, ini lah kelas baru ku. Yang akan aku jalani. Ku langkahkan kakiku dan akupun segera duduk di bangku baris ke 2 nomor 3 dari dari depan. Yang duduk di sampingku adalah seorang gadis manis yang menurutku sangat sempurna. Kalau dilihat – lihat dan di samakan dia memiliki wajah sedik mirip dengan artist yang bernama Nagita Slavina, yaitu salah satu artist ibukota yang cantik menurutku dia tak kalah cantik dengan artist tersebut. Dia pun sangat ramah sekali, sungguh gadis yang sempurna, tanpa pikir panjang dia pun memperkenalkan diir kepadaku.
“Nama ku Sheyla… kamu ??” ucapnya padaku sembari tersenyum manis.
“hemm… Aku Nelva..” balasku selagi menjabat tangannya.
Senang rasanya dapat sebangku dengan cewek secantik dan seramah Dia
Dan aku sangat beruntung dan sangat bersyukur .
Tak terasa bel masuk pun tlah berbunyi karena ini adalah hari pertama maka, dari itu mingu-minggu ini adalah masa pengenalan dan penyesuaian diri. Itu artinya masih belum dimulainya aktivitas normal yang semestinya.
Minggu ini kami harus mempersiapkan diri untuk menghadapi masa orientasi siswa atau yang jelasnya adalah “M0S” dan saat ini di kelasku pun masih tahap perkenalan diri. Benar – benar sekola idola. Cewek – cewek dan cowok cowok di kelas baruku rata – rata emmiliki tampang dan style yang di atas rata-rata. Akhirnya seorang perempuan pun masuk ke kelas dari penampilannya yang professional dia adalah seorang guru.
“ pagi semua….. hari ini kita akan memulai dengan pengenal diri, saya yang ke depannya akan menjadi wali kelas kalian semua di kelas ini, nama saya Reva alzheahanna bisa panggil saya Bu “ Reva” dan sekarang ibu akan menyuruh kalian semua untuk memperkenalkan diri. Ibu mulai dari absent teratas di daftar absen tetap di kelas ini.
“ Anggia renatasya ervhan” silahkan maju dan memperkenalkan diri.
Gadis tersebut akhirnya maju kedepan dan memperkenalkan diri dari tampang ya memang dia gadis yang manis sekali tampangnya jika di bayangkan mirip dengan artist maka dia seperti “Rachel Amanda Aurora”
“Nama saya Anggia Renatya Ervhan. Kalian bisa panggil saya Anggia”
Setelah itu dia pun kembali ke temapat duduknya seperti semula.
“ok, selanjutnya ibu panggil “Dimas Ardhira Raffi” untuk maju ke depan
Seisi kelaspun terpanah dan terdiam khususnya para perempuan termasuk Aku juga. Bagaimana tidak sesuai dengan namanya dia adalah cowok yang ganteng, tinggi, berkulit kuning langsat, dengan model rambut yang sedikit diberdirikan, jam tangan keren di tangan benar – bener perfec.
“Nama saya Dimas Ardhira Raffi, kalian bisa panggil saya Dhira”
Setelah satu persatu siswa di kelas baruku di panggil termasuk aku. Akhirnya guru tersebut pergi meninggalkan kelas seiring berbunyinya bel istirahat.
Aku dan sheila pun pergi meninggalkan kelas untuk segera menuju ke kantin sekoloh. Di saat aku sampai di kantin kembali lah aku merasa kagum kepada sekolah ini kantinnya pun luas, bersih, rapi dan memiliki sedikit halaman yang khusus untuk di tanami oleh bermacam – macam tanaman.
Aku pun memutuskan untuk membeli minuman dan begitupun dengan Sheila yang masih asyik untuk membeli snack dan minuman. Setelah selesai kami pun memutuskan untuk menghabiskan makanan dan minuman tersebut di taman belakang sekolah karena di sana selain luas terdapat juga banyak tempat duduk untuk menikmati keindahan taman sekolah ini. Perlahan langkah demi langkah akhirnya kami pun pergi meninggalkan kantin untuk segera bergegas menuju ke taman yang berada di belakang sekolah.
Ketika sampai di taman sekolah akhirnya kami berdua pun memilih duduk yang berada tepat di bawah pohon yang rindang dan tepat di depan kolam ikan yang terdapat di taman sekolah tersebut. Begitu banyak murid – murid yang juga duduk di taman tersebut ada yang berbincang – bincang beramai ramai, ada yang duduk dengan pasangannya, ada yang duduk sendiri dan asyik menikmati snack sembari membaca novel ada yang sedang asyik menikmati pemandangan taman tersebut. Suasana di sana memang benar – benar menyenangkan. Taman sekolah yang betul-betul di rancang untuk membuat fresh siswa yang telah menghadapi berbagai pelajaran sekolah.
Memang sekolah ku saat ini adalah sekolah yang benar-benar sempurna menurut ku. Bersyukur bisa menjadi siswa di sekolah ini.
Di saat Aku bersama dengan Sheila sedang asyik duduk dan menikmati keindahan taman tersebut tiba – tiba ada tiga cowok yang saling berlarian dan berkejaran untuk memperebutkan sebuah buku tulis dan tiba – tiba tanpa sengaja salah satu dari mereka menabrakku hingga minuman yang berada di tanganku jatuh dan tumpah. Mereka pun terhenti tanpa pikir panjang Sheila pun langsung ambil tindakan untuk memarahi dan menyalahkan mereka bertiga yang telah mengakibatkan minuman ku menjadi tumpah. Aku pun melihat Sheila yang tak pikir panjang langsung memarahi mereka, akhirnya aku pun mencoba menghentikan Sheila tapi, semua itu tak mudah. Sheila sudah terlanjur emosi pada mereka.
“Ehh.. udah dong biarin lagian gue kok yang salah lagian gue juga sih
Yang nggak ngeliat mereka” ucapku.
“Gimana sih loh, aduhh.. Nelva, orang kayak mereka ini pantes di gituin
Dia kan udah salah lo terlalu baik kalo loe diemin aja ini anak” ucapnya.
“Maaf ya. Gue nggak sengaja, gue ganti deh minuman lo” ucap cowok
Tersebut.
Akhirnya, cowok tersebut pun berlalu dari kami, entah kemana. Aku dan Sheila pun melanjutkan untuk berbincang-bincang dan menikmati pemandangan di taman belakang sekolah sembari mencoba melupakan kejadian yang baru saja berlalu. Di sana kami berbincang – bincang dan aku bersama Sheila pun sama-sama ingin sedikit membuka diri. Yaa, memang aku adalah bukan tipe anak yang muda saja menuangkan kepribadianku pada orang-orang yang baru tapi, ini berbeda. Padahal, baru saja aku mengenal Sheila namun, rasanya aku kini masih bersama sahabat- sahabatku yang kini, berada di Bandung. Yaa, mungkin karena Sheila adalah anak yang asyik, nyambung, seru, dan dia mudah sekali menjalin keakraban padahal, Aku bukan tipe orang yang mudah sekali akrab atau terbiasa dengan hal-hal yang baru bagiku. Sungguh anugerah, Aku mendapatkan teman seperti Sheila. Tak terasa lamanya kami berbincang akhirnya bel pun berbunyi dan kami pun segera bergegas untuk meninggalkan taman dan bergegas kembali menuju ke kelas.
Dua minggu sudah, dan akhirnya kini mulai lah ku untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif setelah menjalani masa orientasi siswa. Tak terasa cepat sekali waktu berlalu. Hari ini aku ada pelajaran Biologi, dan Pak Ezza, Guru Sience-Biologi ku pun menyuruh kami untuk berkelompok untuk menyelesaikan tugas berkelompok dan beliau sendiri yang akan menentukan pasangan di dalam kelompok masing-masing,dan tugas ini di kumpulkan minggu depan. Karena, di pilih akupun merasa sangat lah penasaran siapakah yang akan berkelompok bersama ku.
“Bapak akan membagi dengan siapa saja kalian berkelompok” ucapnya.
“Anggia berkelompok bersama Dhira” ucap pak Ezza.
Satu kelaspun terdiam. Bagaimana tidak, Seorang Anggia di pasangkan dengan Reihan yang super duper ganteng.Benar–benar sempurna.Tak sedikit pula yang cemburu, bagaimana mereka sangatlah cantik dan ganteng.
“Sheila dengan Ditha, Bianca dengan Mario, leon dengan dhavi, argha
Dengan Alvhino,Ghea dengan irvan,Nelva dengan Rheza,Naiyla dengan Ryan, Dion dengan hendra, Devan dengan Gabriella, Avin dengan Rey.”
Setelah itu, kami pun kembali melanjutkan pelajaran selayaknya biasannya.
Namun, hatiku tetap lah saja tak menyangkah what ??? Rheza ?? bagaimana nasib ku nanti, Aku tak begitu akrab dengannya kalau di lihat – lihat menurutku dia adalah anak yang bertipe pendiam. Aku sedikit takut dan hatiku tak karuan.
Akhirnya , bel pulang pun berbunyi aku pun bergegas menghampiri Rheza untuk menanyakan tentang kerja kelompok Science-Biologi. Ku lihat Rheza pun sudah keluar dar kelas akupun langsung segera bergegas untuk mengejarnya. Ku lihat Rheza pun sudah berjalan jauh dariku akhirnya aku pun berlari untuk mengejarnya.
“Rheza, tunggu—in gue. Rheza…….” Teriakku sambil mengajar.
Karena kerasnya panggilanku akhirnya, Rheza pun menghentikan langkah kaki nya. Aku pun segera menghampirinya dan bertanya tentang tugas berkelompok yang telah ditugaskan oleh Pak Ezza.
“Loe, kenapa lari-lari gitu Nel, ada apa emangnya ?” tanyanya.
“Ehh..Gue mau Tanya soal Tugas Nya Pak Ezza tadi.” Jawabku.
“ohh.. Iya, kita sekelompok kan ? jadi gimana nie ?” tanyanya.
“Gimana, kalau besok masalahnya tugas nya kan harus udah di kumpulin
Minggu depan jadi juga kan. Jadi gimana Dong Rhez ?” ucapku.
“Yaudah, kalau gitu besok aja kita kerja kelompoknya. Loe maunya
Dimana, di rumah gue atau…” jawabnya.
“Di rumah gue aja. Yaudah , sampai besok yaa…” ucapku sembari berlalu.
“okelah kalau gitu…..” jawabnya.
Akupun , pergi berlalu dari pandangan Rheza, dan segera menuju gerbang sekolah. Aku tak mau berlama-lama karena, aku yakin supirku pun sudah
Menjemputku. Dan akhirnya, perkiraan ku pun tak salah lagi supirku pun sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Akupun segera menaiki mobil pribadiku. Karena, aku belum terlalu tahu dengan wilayah Jakarta. Di dalam mobil aku pun merasa sangat lega karena hari pertama ku kini sudah berjalan dengan sukses dan semoga ini adalah awal yang baik untukku melanjutkan kehidupanku yang baru di Jakarta. Sepanjang perjalanan aku terdiam dan mencoba menikmati suasana kota Jakarta. Yang sama sekali belum pernah aku rasakan sebelumnya. Jalan demi jalan ku pandangi tanpa melewati sedikit pun kesempatan itu. Memang benar, inilah Jakarta tak berbeda seperti apa yang ku lihat di televisi selama ini. Gedung-gedung tinggi dan semuanya yang pernah aku lihat secara tidak langsung.
Pukul 03.30 akhirnya, sampailah juga Aku di rumah. Lega rasanya sudah sampai dirumah, akhirnya aku pun masuk ke kamar dan menghempaskan tubuhku di kasur untuk sejenak mengusir kelelahan yang kurasakan. Beberapa menit kemudian suara mamaku dari bawah memanggilku untuk makan siang sama-sama. Dan Aku pun segera turun kebawah untuk makan bersama-sama. Dari bawah ku lihat Abang Dan mamaku pun sudah berkumpul di meja makan. Dan aku pun segera menyusul dan bergabung dengan mereka untuk makan siang bersama-sama dengan mereka.
“Fahrel, Gimana kuliah kamu tadi ? kamu suka disana ?” Tanya mamaku.
“Ohh,beres ma,fahrel mana mungkin nggak suka di sana seru fahrel suka
Di sana temen-temen fahrel asyikk kok ma..” jawab Abangku.
“Kalau Nelva gimana , seneng nggak sama sekolah barunya. Nggak kalah
Kan sama yang di Bandung..” Tanya mamaku.
“Asyik kok Ma, Nelva tadi duduk sama anak namanya Sheila. Anaknya
cantik banget. Ya emang sih tampang di kelas baru ku itu T0B BGT, ma.
Ohh, iya ma besok pak Ehssan nggak usah jemput Nelva pulang deh.
Soalnya,besok Nelva kerja kelompok dirumah jadi,bareng sama temen”
“ya udah, ntar mama bilangin ke pak Ehssan yaa.” Ucap mamaku.
Usai makan, Aku langsung ke kamar untuk mandi kemudian Aku beristirahat. Namun, Entah mengapa Aku masih saja bingung dan takut. Karena bagaimana pun akku belum terlalu mengenal Rheza apalagi yang ku lihat dari pandanganku selama ini, Rheza adalah tipe anak yang cuek dan pendiam. Aku bisa membayangkan bagaimana ia nanti jika kami berkerja kelompok bersama. Tapi, sudahlah lagipula kan aku belum pernah satu kelompok dengan Rheza, Aku coba jalani aja dulu siapa tahu ini semua cuman perasaanku aja.
Di depan pintu gerbang seseorang tlah menungguku, seorang gadis manis terbaik bagiku disini, siapa lagi kalau bukan Sheila, senang sekali dapat melihatnya di depan gerbang. Ku hampiri dia dan begitu bahagianya aku kalau , dari tadi dia tlah menungguku sungguh menyenangkan. Padahal, aku tak pernah membayangkan sedikit pun dapat bertemu dan mengenal seseorang seperti Sheila. Aku sungguh bersyukur menjalani awal yang baik dan menyenangkan di sekolah ini. Akhirnya , kami berdua berjalan menuju kelas kami. Ya.. begitu lah Sheila, seseorang yang menyenangkan.
Saat pelajaran dimulai Pak Avin memanggil Rheza untuk melanjutkan pekerjaan di papan. Dan ini saat nya Aku untuk mengamati sedikit demi sedikit bagaimana Rheza sebenarnya. Dan luar biasa, jawabannya benar semuanya padahal kalau aku sendiri, masih sedikit bingung pada materi tersebut. Hal itu semakin menguatkan ku kalau Rheza adalah seseorang yang enak untuk di ajak bekerja sama dalam hal pelajaran. Apalagi, aku pernah mendengar jika Rheza masuk sekolah ku ini karena, ia mendapatkan beasiswa. Hmm.. hebattt… semoga ini adalah awal yang baik.
Bel istirahat pun berbunyi, seperti hari-hari kemarin, Aku dan juga Sheila menuju ke taman belakang sekolah, yaa.. walaupun entah mengapa aku masih sedikit takut jika, bertemu dengan kakak kelas yang menumpahkan minumanku kemarin, bagaimana tidak aku merasa tidak enak, karena Sheila membelaku kemarin kakak ktersebut di marahinnya habis-habisan. Tapi, tak apalah lagian kemarin kan kita juga udah saling minta maaf.
“Nel, loe suka sama Rheza yaa .. ? “ ucapnya lirih.
“hah ? loe kok ngomongnya gitu. Gue kan nggak seberapa kenal ma dia”
“ehh.. nggak papa kok, abisnya sari tadi gue perhatiin waktu Rheza maju
kedepan, loe itu ngeliatin Rheza terus” jelas Sheila.
“enggak papa kok, ya.. gue liat dia soalnya gue sedikit nggak paham sama
Penjelasan pak Avin, jadi gue ngeliatin gimana caranya Rheza tadi”
karena , aku tak ingin di lihat ada apa-apa dengan Rheza aku pun mengajak Sheila untuk membicarakan hal yang lainnya agar aku tidak di kira
yang tidak-tidak saja. Seperti biasa tak ada hal yang lain yang kami lakukan di taman itu, hanya makan snack, ngobrol. Namun, entah mengapa rasanya aku masih saja merasa degdeg-an dan kepikiran bagaimana dan apa yang terjadi nanti saat Aku dan Rheza kerja kelompok di rumahku nanti.
Dan bel pulang sekolah pun berbunyi, Rheza memintaku tuk menunggu di depan pintu gerbang sekolah, sedangkan ia mengambil sepeda di parkiran. Setelah beberapa menit, akhirnya Rheza pun datang dan menghampiriku dengan motor ninja merah nya yang membuatnya makin keren.
“Nelva, sorry kalo gue kelamaan. Jadi loe kan nunggu lama disini”ucapnya
“nggak papa kok, Rhez. Nyantai aja lagi” ucapku sembari tersenyum.
“yukk, naikkk……..” ajaknya
Hatiku pun merasa tak karuan sumpah .. ini baru pertama kalinya aku di boncengin sama temen cowokku. Apalagi cowok seperti Rheza, yang belum terlalu aku kenal. Tapi, kenapa rasanya seneng banget bisa ada di samping Rheza, padahal aku tak biasanya seperti ini. Tak terasa kami pun sampai di rumah. Aku berdoa semoga aja Abangku, Fahrel tak ada dirumah bagaimana coba kalau dia ada di rumah pasti Rheza langsung di introgasi. Hmm, tak kebayang ntar pasti Rheza langsung ilfil sama Aku.
“masuk yukk Rhez……” ajak ku.
Aku dan Rheza pun masuk ke rumah, mamaku pun bergegas menyambut kedatangan Rheza. Rheza benar – benar anak yang sopan sekali. Kami berdua pun mengerjakan tugas di ruang tamu, memang benar apa yang tlah dikatakan oleh teman-temanku bahwa, Rheza adalah anak yang cerdas dan tak salah untuk mendapatkan beasiswa. Selama kami mengerjakan tugas Rheza yang paling cekatan, secara aku memang sedikit tak paham dengan tugas tersebut namun, sedikit demi sedikit akhirnya aku mengerti setelah Rheza mengajariku. Kekhawatiranku pun terhenti semua pikiran ku yang sebelumnya berpikir bahwa Rheza adalah orang yang pendiam semuanya hilang, setelah aku kerja kelompok dengannya Aku mengambil kesimpulan bahwa, aku sangat beruntung dapat bekerja sama dengannya.
“Nelva, loe anak tunggal yaa….. ????” tanyanya.
“ehh, nggak kok gue anak ke dua dari dua bersaudara. Kenapa?” jawabku.
“nggak papa kok, soalnya dari tadi gue perhatiin rumah loe sepi banget.
Yaa, gue pikir loe anak tunggal” ucapnya.
“nggak kok, gue punya kakak, cuman abang gue belum pulang kuliah,
papa gue juga pulangnya ntar sorean lha, jadi gini nie sepiii” jawabku.
Setelah begitu cukup lama kami mengerjakan tugas sambil berbincang- bincang akhirnya, Tugas yang kami kerjakan pun selesai juga. Rheza benar – benar anak yang menyenangkan. Aku merasa sudah mengenalnya sejak lama. Tak jarang-jarang ia mengajakku bercanda dan membuatku tertawa karena semua ceritanya. Padahal, baru beberapa jam yang lalu kami bersama – sama.namun, cepat sekali kami menjalin keakraban aku bersyukur bisa satu kelompok dengannya. Setelah menyelesaikan tugas Rheza pun berpamitan untuk pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 16.00 wib. Aku sangat bersyukur karena semua ras akekhawatiranku hilang dan berubah menjadi seseuatu yang menyenangkan. Rheza memang berbeda dari apa yang aku bayangkan. Beruntung sekali dapat mengenal sosok “Rheza Arshandy” yang begitu menyenangkan…..
2 minggu tlah berlalu dan kini tiba saat nya untuk mempresentasikan tugas IPA yang telah di berikan oleh Pak Ezza. Dan hasilnya presentasipun berjalan lancar , sebagai acara perayaan kelancaran tugas kelompok kami, 3 minggu kemudian,Rheza pun mengajakku untuk merayakannnya dengan nonton bioskop dan jalan-jalan. Karena memang itulah waktu yang tepat di sela kesibukan kami sebagai siswa baru di sekolah. Dan tanpa pikir panjang aku menerima ajakannya aku begitu nyaman memiliki teman seperti dia. Yang awalnya aku pikir dia bukan sama sekali orang yang asyik, dia cuek, nyebelin tapi, perkiraan salah total dia adalah patner yang menyenangkan.
Tepat pukul 18.30 akupun bersiap-siap karena, Rheza akan menjemputku di rumahku pada pukul 19.30 sesuai dengan rencana, akhirnya aku tak mau menjadikan moment kedekatan aku dengan Rheza tak sesuai harapanku. Aku pun bersiap-siap. Dengan memakai kaos warna putih dengan rompi warna hitam serta celana jeans. Aku bersiap-siap dan ternyata , Bel rumahku berbunti dan seperti biasa, abangku Fahrel yang membuka pintu karena, malam ini ia tak ada jadwal kemana-mana. Entah mengapa biasanya malam minggu begini dia selalu sibuk dengan teman-temannya. Entah itu nongkrong, hunting foto ya maklum dia sangat addict dengan dunia photografi, olahraga, action, dan semacam sastra bahkan music pun dia handal. Sungguh, abangku satu-satunya itu adalah super bisa. Ya, idaman cewek banget lah tampangnya, cerdas,apalagi sifatnya yang bener-bener great – lah tapi sayang orangnya terlalu apa adanya, pendiam banget, tapi tegas,pengertian & dewasa banget.
Dari bawah abangku memanggil ku untuk segera turun dan memberi tahu bahwa Rheza sudah datang. Ya, aku yakin habis lah Rheza di ceramahin sama abangku. Ya, abangku memang begitu mungkin karena, sayangnya sama aku. Dia abang yang baik banget. Akhirnya aku dan Rheza pergi.
Sesampainya di Bioskop kami menonton film. Ya, jika ditanya kedekatan kami berdua cepat sekali terjalin. Mungkin karena kami berdua memiliki beberapa kesamaan , Rheza suka music, aku juga, Dia suka yang namanya animasi aku juga, aku suka artis jepang, penyanyi jepang dia juga. Yang bikin kita beda adalah Aku paling nggak suka sama kucing sedangkan Rheza pelihara kucing banyak banget dirumahnya. Ya , bikin males lah kalau dia ngajakin Aku main ke tumahnya yang pastinya dia selalu promosiin kucing nya dengan sengaja biar aku ketakutan, jail banget.
Rheza menjemputku dengan mobil kesayangannya , ya .. yang bisa buat para cewek klepek-klepek lah sama dia. Tak heran banyak banget cewek yang ngantri buat jadi gebetan atau pacaran sama Rheza. Tapi, Rheza nggak pernah mau tanggapi semua itu. Dia pernah cerita kalai dia sering banget di bohongi ceweknya dulu. Rheza kan anaknya pendiam nggak gimana – gimana gitu, anaknya apa adanya. Tapi, ceweknya yang dulu udah khianatin dia. Ya maklum dia sedikit dingin sikapnya kalau bicara soal cewek. Tapi, itu semua nggak berlaku buat ku. Mungkin kita udah serring banget cerita- cerita , seru-seruan bareng. Ya, dia sahabat yang menyenangkan.
Setelah beberapa jam ngelewatin macetnya kota, akhirnya sampai lah kita berdua di sebuah bioskop di salah satu pusat perbelanjaan di kotaku.
Yang sudah biasa kami berdua datangi dan jadikan sebagai pilihan rutin setiap kami pergi untuk menonton film. Karena, letaknya yang stategis dan tak terlalu jauh dari tempat tinggal kami.
“Nelva, loe pingin nonton film apaan ?” tanyannya.
“terserah loe aja deh “ jawabku singkat.
Sesampainya di sana. kami memilih film yang lagi tranding topic saat ini. ya alhasil setelah kami menonton film kami berdua akhirnya kami pulang.
Rheza yang melihat ku sudah mulai mengantuk akhirnya mengajakku untuk pulang. Di dalam mobil aku pun tertidur sampai akhirnya sampai lah kami dirumahku. Setelah itu kami pulang. Rheza mengantarkan ku sampai rumah. Hingga sampai pada akhirnya aku sangat lelah dan tertidur.
Keesokan harinya aku pun , aku kembali menjalani aktivitas ku.
Namun, hal yang tak terduga pun harus terjadi, sahabatku, sheyla berlari menghampiriku yang berjalan menuju ke kelas.
Ia membawa sebuah berita yang tak pernah ku duga dan sangat sulit ku percaya, kemarin, setelah Rheza mengantarkan ku pulang dari bioskop, Rheza pun melanjutkan perjalanan nya pulang kerumah ya, walaupun sudah malam, waktu tlah menunjukkan pukul 23.15 wib. Ketika Rheza berhenti di lampu merah, datanglah beberapa orang yang ingin merampok Rheza, mereka mengetuk dan mengancam akan memcahkan kaca, teteapi, Rheza hanya diam dan tak berani membukakan kaca mobilnya. Alhasil, kaca mobil Rheza pun di pecah dan kejadian itu pun terjadi cepat sekali. Darah.... Pisau... Perampok.... Polisi dan Rheza... Rheza tewas terbunuh oleh perampok bodoh yang sangat kejam karena tak melihat polisi yang berada di beberapa kilometer dari jangkauan lampu merah dimana mobil Rheza berhenti. Nyawa reza di temukan beberapa menit setelah kemudian perampok tersebut pergi berlalu. Polisi menemukan Rheza dalam keadaan terbunuh. Tanpa mendapatkan jejak perampok tersebut.
Aku takkan pernah percaya, sungguh tapi, seluruh sekolah mengatakan hal yang sama layaknya sama persis dengan apa yang diceritakan sheiyla. Saat pelajaran pun pikiranku tak karuan antara berita itu, Rheza dan aku.aku benar benar tak percaya dan menganggap semua ini hanyalah sebuah ilusi ataupun lelucon semata. Aku berpikir semanya takkan terjadi. Mungkin Rheza sakit atau pergi, ya.. nanti pulang sekolah akuakan meminta Pak Teguh, supir pribadiku untuk mengatar Aku ke rumah Rheza sepulang sekolah nanti. Aku yakin, tak akan terjadi apa-apa dengan Rheza. Ya.. pasti..Aku tahu pasti ini semua hanyalah lelucon yang hanya untuk sesaat.
Tak terasa setelah beberapa jam akhirnya Aku telah sampai dirumah Rheza, ku langkahkan kakiku dan mencoba tuk keluar dari mobil. Dengan perasaan tak menentu ku coba langkahkan kakiku beriringan dengan rasa yang masih penuh dengan sejuta tanya, entah Aku kan menjawabnya sendiri atau.....
Ku tekan bel rumah Rheza, dan tak selang beberapa waktu muncul lah seorang dengan paras yang sederhana membukakan pagar rumah Rheza, ya tak salah lagi itu adalah Mbak Lisa, pembantu di rumah Rheza. Yaa.. memang aku bisa dikatakan banyak mengerti tentang Rheza, semenjak kami sering kebagian kerja kelompok bersama Aku semakin mengerti. Aku pun dengan sigap menanyakan tentang Rheza. Dan mencoba memperkuat keyakinan ku kalau Rheza just in be fine condition.
“Mbak, Rheza nya ada? Saya mau ketemu ..” ucapku.
“hmm.. Mas Rheza, “ jawabnya.
Belum Sempat ia melanjutkan kata-katanya, kemudian muncul lah tante Indhira, dengan sigap ia mempersilahkan aku masuk. Namun, dengan perasaan yang serba tak menentu ku coba langkahkan kakiku untuk masuk ke rumah Rheza. Dengan baik hati, ia mempersilahkan Aku untuk masuk. Rasanya ingin sekali Aku bertanya, tentang Rheza. Namun, tak lama kemudian beliau pun hanya memandangku dengan tatapan hampa yang seakan- akan banyak hal yang ingin diungkapkan tetapi hanya saja beliau usahakan untuk ditahan. Hingga sampai akhirnya tetes demi tetesan air mata oun akhirnya terjatuh, menetes setelah beberapa lama di tahan dipelupuk mata. Air mata dengan kesedihan yang benar-benar mendalam yang akhirnya beliau utarakan kepadaku, semuanya .. ceritanya.. dan segala kenyataan itu Aku tak bisa menerima sungguh, hatiku dan jiwaku seakan-akan ingin teriak kalau semua ini takkan terjadi. Dengan mata yang mengucurkan derasnya tetesan air mata Tante Indhira menceritakan semua itu. Mobil , pisau, darah, perampok,lampu merah.. Aku pun semakin tak percaya, rasanya darahku menjadi begitu beku hingga mampu menyekat aliran kata di tenggorokanku yang ingin ku ungkap. Kami berdua yang tidak kuat menahan derai air mata pun saling menangis dan berpelukan. Hati dan perasaan ku pun begitu hancur. Setelah beberapa lama Tante Indhira pu masuk ke dalam kamarnya, yang kemudian Aku tahu Beliau keluar kembali menghampiriku dengan membawa sebuah kotak yang tidak cukup besar ukurannya. Tante Indhira pun menyerahkan kotak tersebut kepadaku. Hatiku bertanya apa maksud dari ini semua. Hingga akhirnya Ku terima kotak itu dengan perasaan yang masih saja bertanya-tanya.
“Ini kotak milik Rheza, didalamnya ada banyak hal tentang Rheza dan
kamu. Tante Indhira menemukannya ketika kemarin Tante membereskan
kamar Rheza, disaat usai Rheza dimakamkan.” Ucapnya.
“Nelva terima ya tante.” Ucapku dengan masih menitihkan airmata.
Akhirnya setelah lama Aku berada dirumah Rheza, Akhirnya Aku pun berpamitan untuk pulang, karen memang hari sudah semakin sore. Dan Aku harus pulang. Perjalanku Aku habiskan dengan tangisan, disepanjang pejalananku menangis. Aku berfikir jika semua ini terjadi hanya karena Aku. Andaikan saja Aku tak pernah meminta janji kepada Rheza untuk pergi nonton ke bioskop kemarin, pasti semua ini harus terjadi. Semua ini salahku. Harusnya Rheza tak pergi... Ini semuana salahku.
Sesaimpainya Aku dirumah , Aku langsung naik kekamarku yang berada dilantai atas. Tak kuasa menahan tangisku, Aku pun menangis sejadi jadinya dikamarku. Aku benar-benar terpukul dengan kejadian ini. Semalaman Aku tak henti – hentinya menangis, Tak ada seorang pun yang sanggup menghentikan tangisku saat ini. Memang semuanya papaku, abangku, mamaku, hingga pembantu dan supir ku sudah membujukku namun, rasanya tetap saja Aku tak sanggup, Aku tak mampu menghentikan tangisan ini. Semua bayang – bayang tentang Rheza seakan – akan pikiranku memutarkan kembali semua banang – bayang Rheza disaat Ia masih ada bersamaku,dan disaat ku masih bisa melihatnya didalam nyataku.
Namun, tak lama berselang waktu demi waktu, Akhirya Aku mengingat kejadian tadi siang. Jika Aku mendapatkan sebuah kotak yang telah diberikan oleh Tante Indhira. Ku buka Tas ku dan ku lihat kotak tersebut. Kotak berwarna biru muda, ku coba tenagkan hatiku terlebih dahulu sebelum membukanya. Perlahan kubuka dan bisa kudapati banyak barang. Ku ambil sebuah kertas foto yang ternyata adalah fotoku bersama Rheza ketika kami masih bersama. Masih dapat kuingat oleh memoriku. Foto pertama kali yang kita ambil saat kami bersama. Berlatar belakang di taman didekat Rumah Rheza. Dapat kutemukan gelang yang sengaja kami beli bersama gelang yang sama. Penuh makna bagi persahabatan kami. Dan yang menyita perhatianku adalah sebuah amplop putih yang didalamnya berisi sebuah surat dan juga sebuah kalung yang betuliskan “NELVA” dan sebuah surat ucapan ulang tahunku yang ke 16 Tahun. Aku sungguh tak percaya tenyata Rheza sudah menyiapkan kado untukku. Padahal ulang tahunku masih terhitung setengah bulan lagi. Aku pun tak kuasa menahan tangisku setelah membaca surat tersebut.
Tak terasa pagi pun telah menjelang, menyorotkan kilau sinar matahari yang terpantulkan oleh kata jendelaku. Kulihat jam dikamar tepat menunjukkan pukul 05.30 Akupun akhirnya terbangun dan segera bersiap – siap. Namun, rasanya langkah kakiku begitu berat hari ini. Hati ini tepat hari Rabu, dan seperti biasanya setiap hari Rabu Rheza selalu datang lebih awal untuk piket dikelas biasanya Ia menungguku didepan gerbang sekoah karena kebetulan kami memiliki jadwal yang sama. Dan nanti sore, usai sepulang sekolah biasanya Aku mengikuti semacam pelajaran tambahan di sebuah lembaga bimbingan belajar dan Rheza selalu menjemputku. Tapi, mulai dari hari ini Aku hanya sendirian. Takkan ada lagi seseorang yang akan menungguku pada pagi hari dihari Rabu, dan Aku takkan lagi seseorang yang biasanya paling rajin menjemputku untuk berangkat bersama saat aku belajar di sebuah bimbingan belajar. Seorang yang pintar, yang rajin seorang yang benar – benar berati bagiku, Rheza walaupun baru sekitar 1 bulanan lebih Aku mengenalnya. Namun, Rheza adalah sahabat yang baik. Disaat Aku baru pindah ke Jakarta, dengan sifatnya yang ramah, baik, dan gampang akrab, yaa walaupun sedikit pendiam namun, hal itu pula yang membuat Aku mengenal seorang Rheza dari pertama hingga berakhir disebuah akhiran yang menyakitkan dan sulit untuk kuterima. Aku benar – benar kehilangannya. Apalagi dengan cara yang seperti ini.
Setelah Aku selesai bersiap – siap, Terdengar dari bawah suara Abangku, Fahrel yang memanggilku untuk segera bergegas turun untuk sarapan pagi bersama. Dengan hati yang masih perlu dikuatkan, Aku pun terlihat kurang bersemangat hati ini. Namun, hari ini begitu panjang untuk dimulai. Aku harus bergesas karena kebetulan sekali Abangku kuliah pagi dan ada janji dengan dosennya. Hari ini Aku berangkat bersamanya, karena supir dirumahku sedang tidak masuk, ia harus pulang ke kampung halamannya karena ibunya yang sedang sakit. Dan Alhasil hari ini Aku harus berkejar-kejaran dengan waktu. Usai selesai sarapan, akhirnya Aku dan Abangku, Fahrel pun berangkat bersama. Yaa, tahu sendirikan selain berkejaran dengan waktu kami juga berupaya menghindari kemacetan. Kalau tak benar- benar pagi pasti bisa benar – benar mengulur waktu kami berdua.
Akhirnya Aku sampai disekolah tanpa terlambat, sedangkan kakak ku melanjutkan perjalanannya ke kampusnya. Setiap kali Aku datang semua memori dan bayangan itu kembali menyelimuti segala duka dibenakku. Entah, mungkin Aku terima Tapi, Aku juga bisa menyadari jika sebagian dari hatiku masih belum bisa untuk menerimanya. Namun, bagaimana pun this is the Reality. Tak ada gunanya juga Aku meminta untuk mengembalikan Rheza. Ya.. beginilah kenyataan.
Bulan demi bulan telah berlalu dengan begitu cepatnya. Secepat waktu membawaku untuk berlalu pada segala kedukaan. Tak terasa 1 Tahun telah berlalu dengan cepatnya, dan Aku juga menyadari jika, Aku tak sepenuhnya sendiri. Aku masih punya teman-temanku. Dan yang terpenting sekarang ku sudah bisa menyadari sebuah arti. Hidup ini seperti disaat kita berada di Bandara, Ada pertemuan dan ada pula perpisahan. Aku boleh saja sedih tapi, hidupku masih begitu panjang setidaknya. Dan Aku harus mengejar itu semua. Karena Aku tak ingin merasakaan lagi tentang apa itu yang bernama “KEHILANGAN” walaupun Aku sadar semuanya akan datang dan pergi, Tanpa atau dengan memberi tahu terlebih dahulu.
Di depan gerbang sekolah, di tempat Aku pernah menunggu dan ditungu oleh orang yang berati dalam hidupku, Rheza. Aku menunggu seseorang yang tak kunjung datang, seorang yang sedikit menipisiskan perasaan kecewa, menyesal , serta kehilangan di dalam hidupku. Dan dia adalah Andra, kakak kelas ku. Aku mengenalnya karena kita sama- sama sebagai anggota osis di sekolah. Dia orang yang sangat baik menurutku. Hingga sampai akhirnya tibalah waktu yang begitu tak terduga bagiku untuk memberi keputusan. Dua bulan yang lalu jauh dari suasana dukaku. Ia datang mencairkan suasana dan Akhirnya Akhirnya Aku menerima Andra sebagai my boyfriend karena Aku pikir Andra memang takkan pernah bisa menempati posisi Rheza tapi, setidaknya Aku punya tempat tersendiri dihatiku untuk Andra. Tak berbeda dengan Rheza, Ia anak yang cukup pintar, asyik, baik, tapi yang membedakan Rheza Rheza dengan Andra adalah Rheza sifatnya yang bertotak belakan dengan Andra yang lebih banyak bicara, dan hal itu pula magic yang digunakan Andra untuk mampu menepis semua kesedihanku tentang Rheza. Dan walaupun begitu banyak terdapat kesamaan yang dimiliki oleh Andra dan Rheza Aku tak perna sekalipun menyama-nyamakan mereka. Bagiku Andra adalah Andra dan Rheza tetaplah seorang Rheza.Dan Aku sangat beruntung dia bisa menjadi bagian dari hidupku. Yang akan menghapus mendung dihatiku menjadi sebuah pelangi warna dihatiku.